Rabu, 16 Juni 2010
Reproduksi Manusia
Reproduksi merupakan suatu masalah yang dibahas manusia.
Dari permulaan dan juga dalam perincian-perinciannya
pembahasan itu mengandung konsepsi yang salah. Pada abad
pertengahan dan sampai periode yang belum begitu lama, mitos
dan khayal meliputi soal reproduksi. Hal tersebut memang
wajar, oleh karena untuk memahami mekanisme reproduksi yang
kompleks, orang harus tahu anatomi, harus telah menemukan
mikroskop dan harus sudah ada ilmu-ilmu fundamental yang
menjadi sumber fisiologi, embriyologi, obstetrik dan
lain-lain.
Qur-an berlainan dengan itu semua. Ia menyebutkan
tempat-tempat mekanisme yang tepat dan menyebutkan
tahap-tahap yang pasti dalam reproduksi, tanpa memberi bahan
yang keliru sedikit jua pun. Semuanya diterangkan secara
sederhana dan mudah difahami oleh semua orang serta sangat
sesuai dengan hal-hal yang ditemukan Sains pada kemudian
hari.
Reproduksi disebutkan dalam beberapa puluh ayat, tak pakai
urutan yang jelas, tetapi dengan beberapa penjelasan
mengenai soal-soal khusus. Untuk mendapatkan ide yang
menyeluruh, ayat-ayat tersebut perlu dikelompok-kelompokkan,
setelah dikelompokkan sebagai dalam hal yang sudah kita
bicarakan, komentar akan jadi lebih mudah.
PERINGATAN TENTANG IDE TERTENTU
Adalah sangat perlu untuk mengingatkan kepada ide-ide yang
tidak diketahui manusia ketika Qur-an diwahyukan.
Reproduksi manusia terjadi melalui proses-proses yang umum
bagi binatang yang menyusui. Pada permulaannya terjadi
pembuahan (fecondation) dalam rahim. Ada suatu ovule yang
memisahkan diri dan ovarium di tengah-tengah siklus
menstruasi. Yang menyebabkan pembuahan adalah sperma lelaki,
atau lebih tepat lagi spermatozoide, karena satu sel benih
sudah cukup; satu kadar yang sangat sedikit dari sperma
mengandung spermatozoide sejumlah puluhan juta. Cairan itu
dihasilkan oleh kelenjar lelaki dan disimpan untuk sementara
dalam ruangan dan saluran yang bermuara ke jalan air
kencing. Ada kelenjar tambahan yang bertebaran sepanjang
saluran sperma, dan menambah zat pelumas kepada sperma,
tetapi zat itu tidak mengandung unsur pembuahan.
Telor yang dibuahi semacam itu menetap pada suatu titik
tertentu dalam rahim wanita. Telor itu turun sampai ke rahim
dan menetap di sana dengan berpegangan dengan zat liat dan
dengan otot sesudah tersusunnya placenta. Jika telur yang
sudah dibuahi itu menetap di (tempat lain) dan tidak di
uterus, kehamilan akan terganggu.
Jika embriyo sudah dapat dilihat oleh mata biasa, embriyo
tersebut terlihat sebagai sepotong daging yang di dalamnya
bentuk manusia belum nampak. Bentuk manusia terjadi secara
bertahap dan menimbulkan tulang-tulang serta perlengkapan
lainnya seperti otot, sistem syaraf, sistem sirkulasi,
pembuluh-pembuluh dan lain-lain.
Inilah catatan-catatan yang dapat kita gunakan sebagai bahan
perbandingan dengan apa yang dapat dibaca dalam Qur-an
tentang reproduksi.